Rahim Pengganti

Bab 44 "Satu Rumah"



Bab 44 "Satu Rumah"

0Bab 44     

Satu rumah     

Caca terdiam di tempat nya, wanita itu menatap ke arah sang suami dengan tatapan penuh tanda tanya. Bagaimana tidak saat ini, diri nya melihat Della bersama Bian di depan rumah mereka dengan sebuah koper besar di sampingnya.     

"Hai Ca," sapa Della dengan ramah. Caca tersenyum ke arah sahabatnya itu. "Hai juga Del, gimana kabar kamu?" tanya Caca dengan nada bicara khawatir.     

"Aku baik," jawabnya singkat.     

Carissa hanya menganggukkan kepalanya lalu, kedua orang tersebut masuk ke dalam rumah. Caca hanya bisa mengikuti keduanya.     

"Mulai hari ini, Della akan tinggal di sini sementara."     

Carissa terdiam, tidak bisa membayangkan bagaimana bisa dirinya tinggal satu atap dengan Della. Meskipun Della tidak pernah bicara namun, Caca tahu bahwa sahabatnya itu tidak suka dengan kehadiran dia.     

***     

Tidak ada yang bicara ketiga hanya diam sambil menikmati makan siang, Bian juga tidak berbicara sedikitpun kepada Carissa sejak tadi. Pria itu lebih diam dari biasanya, sedangkan Della seolah masa bodoh keadaan yang terjadi.     

"Mas. Setelah ini, temani aku berenang ya." Ucapan yang dilontarkan oleh Della membuat Caca menahan sesak di dadanya.     

"Kamu baru sembuh Sayang. Nanti saja setelah kamu sudah benar benar pilih," jawab Bian dengan nada sangat lembut.     

Tes     

Tanpa menunggu lebih lama lagi, air mata Carissa menetes. Segera wanita itu menghapusnya, supaya tidak di lihat oleh sang suami. Bian dan Della asyik berbincang seolah lupa jika mereka tidak hanya berdua di tempat itu, Caca sudah tidak mampu lagi menatap kedua nya.     

"Loh mau ke mana Ca?" tanya Della tanpa dosa, Caca menoleh kea rah Della dengan senyuman manisnya lalu berkata. "Aku mau ke kamar dulu, tiba tiba lemas banget badan aku,"     

jawabnya, dengan senyum yang begitu terluka. Bian hanya diam, pria itu malahan seolah tidak peduli dengan sang istri.     

"Kamu gak apa apa? Butuh bantuan, kalau iya bilang sama aku aja ya Ca," ucapnya. Carissa hanya menganggukkan kepalanya. Wanita itu dengan segera pergi dari sana, senyum licik terbit di bibir Della. "Ini masih awal, karena aku tidak akan pernah membuat kamu menang Ca," gumamnya dalam hati.     

Sedangkan Carissa, langsung masuk ke dalam kamarnya. Mengunci kamar tersebut dan duduk di sofa yang ada di dalam sana. Caca menyetuh dada nya yang begitu sesak saat ini. Air matanya mengalir, sikap Bian lebih dingin salahkah dirinya bertanya kenapa Della harus tinggal di sini. Sebelum mereka makan siang bersama tadi, Caca meminta penjelasan kepada Bian, dan jawaban yang dilontarkan oleh Bian benar benar membuat Caca sakit hati.     

"Kamu harus kuat Ca, apa salahnya tinggal bersama dengan istri pertama suami kamu. Itu tidak salah bukan," ucap Caca mencoba menyemangati dirinya sendiri.     

***     

Carissa dan Bi Susi serta Bi Sumi, sedang menyiapkan makan malam untuk mereka. Ketiga tersenyum dan bercanda seperti biasa, hingga suara derap langkah dari dua orang membuat semuanya menoleh ke belakang. Di sana sudah ada Bian dan Della yang berjalan ke meja makan dengan posisi saling memeluk, melihat hal itu membuat dada Caca sesak, wanita itu lalu tersenyum ke arah keduanya.     

"Tunggu sebentar ya. Sup nya akan segera matang," ujar Caca dengan senyuman manisnya, melihat hal itu Della tidak suka. Wanita ingin melihat Carissa menderita, itulah kenapa Della ingin tinggal di rumah ini. Bian menolak bahkan menentang hal itu namun, pria itu tidak bisa berkata lagi ketika Della pura pura menangis karena tidak di izinkan.     

Sepuluh menit berlalu, mereka bertiga kembali makan di meja yang sama. Carissa makan dengan diam, wanita itu menikmati makan siangnya yang terasa sangat hambar. Susi dan Sumi yang sedang berada di dapur hanya menatap Carissa dengan tatapan yang sendu.     

"Kok Bapak tega sih sama Ibu, kenapa pula Nyonya Della di bawa ke sini, kan jadinya seperti perang dingin," ucap Sumi. Susi melirik rekan kerjanya itu, helaan napas berat terdengar jelas, Susi lalu pergi dari sana Sumi yang melihat hal itu ikut menyusul temannya. Di dalam kamar Susi menangis, Sumi segera memeluknya.     

"Kasihan ibu Sum. Kamu tahu gimana perasaan Ibu saat ini. Aku gak mau, terjadi sesuatu sama Ibu, dia majika yang sangat baik, bahkan lebih baik dari Nyonya Fitri."     

"Bukan hanya kamu Sus, aku juga di saat seperti ini Ibu dengan suka rela menerima madunya. Kita doakan saja, semoga semua baik baik saja, Ibu dan calon bayi nya juga," balas Sumi. Susi kembali menangis, wanita itu merasakan sesak yang begitu dalam. Jika saja dirinya tidak mendengar ucapan Della saat menerima telpon, mungkin saat ini dirinya bisa berkata seperti Sumi tadi. Tapi, sayangnya dirinya mendengar perkataan yang membuat Susi tidak tenang.     

***     

Selama satu minggu tinggal bersama dengan Della, membuat Carissa mengerti apa keinginan dari sahabatnya itu, dan bagaimana sikap Della yang sebenanrnya. Wanita itu akan bersikap cuek bahkan seolah tidak melihat caca ketika Bian tidak ada di rumah. Namun, ketika suaminya itu pulang maka Della akan bersikap peduli dan akan menjadi sosok istri yang baik dan manja.     

Malam ini, Caca tidur lebih dulu, jika sesuai dengan jadwal yang dibuat oleh Bian maka seharusnya suaminya itu tidur di dalam kamar Caca. Namun, ketika Caca terbangun dari tidurnya saat ini tidak ada suaminya itu di sana. Diliriknya jam sudah menunjukkna pukul sebelas malam, dan tidak akan mungkin sang suami belum pulang.     

"Apa Mas Bian lembur?" tanyanya pada diri sendiri. Caca oun beranjak dari tempatnya dan berjalan ke luar kamar, rasa haus membuat Caca rasanya ingin meminum air dingin, ibu hamil itu dengan hati hati berjalan menuju dapur. Namun, langkah kaki Caca terhenti ketika wanita itu mendengar suara desahan yang sangat mengusik hatinya di arah ruang tamu.     

"Siapa itu." Dengan rasa penasaran Caca berjalan ke arah tersebut, mata Carissa melotot tajam ketika dirinya melihat siapa yang ada di sana, Caca menutup mulutnya terdiam di sana, air matanya mengalir dengan sangat deras, segera Caca berlari menuju kamar melupakan rasa haus.     

"Kamu akan selalu melihat ini Ca," ucapnya di dalam hati.     

Di sofa tersebut, Bian dan Della sedang bercumbu dengan bergitu mersa, hingga Bian tidak sadar apa yang dirinya lakukan menimbulkan rasa sakit yang begitu dalam di hati Caca. Keduanya selesai menyelesaikan kegiatan panas tersebut Bian segera membawa Della ke dalam kamarnya, lalu masuk ke dalam kamar mandi tak lama Bian keluar dari kamar mandi dan segera pergi dari sana.     

Ceklek     

Pintu kamar Carissa dibuka, segera wanita itu menahan isakan tangisanya, Bian naik ke atas tempat tidur lalu memeluk Carissa dengan sangat posesif.     

"Aku rindu kamu ca," bisiknya. Mendengar bisikan itu, semakin membuat Caca sangat sakit, dadanya mendadak sesak yang begitu parah. Apa lagi dengan Bian yang dengan santainya seolah tidak terjadi sesuatu mengusap perut Caca dengan penuh cinta seolah tidak terjadi sesuatu.     

###     

Hallo, jangan lupa tinggalkan review yok. Selamat membaca dan terima kasih semoga kalian tetap suka dengan cerita ini.     

Love you guys, sehat terus buat kalian semuanya.     

Batu kuasa nya kalau mau kasih juga boleh yaaa. He he he he     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.